Pages

Minggu, 10 Maret 2013

perjalanan panjang metallica

Adrenalinku terpacu lebih kencang dari biasanya ketika mengetahui Metallica akan menggelar konsernya yang kesekian kali di negeri kangguru ini. Hitung-hitung, sambil refreshing, aku memutuskan untuk menonton konser mereka. Aku segera mencari informasi mengenai tiket. Aku bernafas lega karena tiket masih dibuka sekitar 1 minggu lagi. Saat itu, yang baru dibuka hanya untuk semacam kelas spesial saja, dimana rasanya aku tidak berada di dalamnya.
Pada hari tiket dibuka, aku menjadi kecewa… Tiket terjual dan habis hanya dalam waktu 1 jam saja! Aku mencoba mencari di segala forum, namun yang ada tiket yang dijual kembali dengan harga gila-gilaan, 2 bahkan 3 kali lipat dari aslinya. Aku sudah lumayan frustrasi, sampai-sampai bertekad akan tetap datang meski hanya mendengar dari sebelah pagar stadion hehe…
Beruntung rasanya, sekitar sebulan kemudian, Metallica mengumumkan menambah beberapa show lagi karena membludaknya permintaan penggemar yang ingin menyaksikan mereka secara langsung. Dan aku pun dengan cepat memesan tiket agar aman.
Hari sudah temaram, angin berhembus sedikit kencang disertai gerimis yang dingin, aku memacu langkahku menuju tram yang akan mengangkutku ke tempat konser Metallica. Perjalanan terasa lancar dan akupun sampai di stasiun kereta. Aku harus mengambil tram lagi menuju ke Rod Laver Arena, tempat konser ini berlangsung. Dengan berdesak-desakkan, penumpangnya aku lihat memakai atribut hitam-hitam, atribut khas para pejuang metal… ahh jadi ingat masa-masa lalu …
Sesampainya di Rod Laver Arena, aku bersama ratusan orang lainnya segera bergegas menuju pintu masuk gedung. Sudah terasa aura pertunjukkan besar (dibanding konser-konser band lain yang aku pernah tonton). Ada tiga pintu yang aku harus lalui, semuanya dengan sistem yang jelas, ketat, namun fair. Pintu 1 mengecek barang bawaan dalam tas, dsb. Karena aku pernah mengalami diperiksa ketika menonton konser Helloween, Megadeth dan Slayer lalu, aku tidak membawa apa-apa, sehingga pintu 1 aku lalui dengan aman. Di pintu 2, orang sudah berbaris untuk memindai tiket masing-masing. Itu dilakukan sendiri-sendiri ketika masuk ke pintu 2. Karena aku yakin tiketku asli, maka pintu 2 pun aku lewati dengan disertai senyuman dan ucapan thank you dari petugasnya. Sangat ramah. Pintu 3 adalah pintu terakhir sebelum menuju panggung death magnetic Metallica. Aku menahan diri untuk tidak masuk terlebih dahulu. Aku memutuskan untuk berjalan mengelilingi gedung ini sambil mencari gate 9, tempat aku harus masuk. Ada banyak orang berkumpul, entah hanya mengobrol, membeli makanan, atau mengantre merchandise konser. Aku hanya melihat-lihat dan mengambil beberapa gambar untuk kenang-kenangan.
Sesampainya di gate 9, akupun bersiap masuk. Di pintu 3 ini, aku hanya perlu menunjukkan tiketku sekali lagi untuk kemudian dibantu mencari tempat dudukku. Aku takjub melihat tatanan panggung konser kali ini. Sangat berbeda dari konser band-band lain yang aku pernah tonton. Panggung tidak ditata dengan ‘konvensional’ dimana penonton melihat band beraksi di depan mereka dan sound system tidak disisi kanan dan kiri, drum tidak di tengah. Panggung Metallica ini ditata sedemikian rupa, dimana penonton dari berbagai sudut bisa melihat mereka. James Hetfield (vokal & rhythm guitar), Kirk Hammet (lead guitar), dan Robert Trujillo (bass) dengan aktif berpindah-pindah posisi untuk menyapa penonton di dekat mereka sedangkan Lars Ulrich (drum), dengan setingan tersendiri yang bisa diputar pada bagian waktu tertentu. Sound system ‘digantung’ diatas dengan lampu-lampu sorot yang memukau. Kualitas lampu dan suara yang dihasilkan benar-benar mantap di telinga. Tata lampu mulai dari laser dan lampu sorot yang cerah berwarna-warni bergantian siap menyorot panggung.
Konser ini dibuka oleh Fear Factory jam 8 malam, sebuah band beraliran death metal (sekarang cenderung industrial) menggeber lagu-lagu mereka. Grup yang digawangi oleh Burton C. Bell (vokal), Dino Cazares (guitar), Byron Stroud (bass), dan Gene Hoglan (drum) ini menghentak penonton. Ada yang sudah mulai headbanging, memutar-mutar kepalanya padahal acara baru saja mulai. Aku jujur dulu saja pernah mendengar Fear Factory, dan aku hanya ingat satu lagu mereka yang berjudul Martyr. Lagu yang diambil dari album Soul of a New Machine (1992) ini masih sedashyat awal-awal aku dengar versi studionya di radio lokal di rumahku di Bali (kemudian aku bisa mengoleksi album ini dari seorang teman dari Jerman). Penampilan mereka cukup ‘mengguncang’ juga. Vokalnya cukup kuat, bisa growl dan clean, yang merupakan ciri khas Fear Factory. Sayang, suaranya agak hilang kadang-kadang ketika berinteraksi dengan penonton. Sebenarnya konser ini akan dibuka oleh band lainnya beraliran doom metal bernama The Sword, namun aku tidak tahu mereka tidak muncul. Pikiranku, mungkin saja mereka akan tampil di hari lain mengingat Metallica konser selama 4 hari disini.
Panggung kemudian kosong. Para kru mulai dengan sigap mengatur panggung lagi. Uniknya, penonton bisa melihat para kru bekerja untuk menata panggung, tidak seperti konser-konser lainnya dimana suasana biasanya gelap. Jadi aku bisa melihat sound system yang digunakan sebelumnya oleh Fear Factory disingkirkan sehingga panggung menjadi lebih luas. Ada 4 orang kru bertubuh kecil yang naik ke atas dan ternyata diam disana khusus untuk mengatur lampu sorot. Yang megah menurutku adalah adanya 4 buah robotic coffin berisi lampu-lampu sorot yang bisa bergerak dan berputar acak pada saat tertentu. Setelah kira-kira setengah jam menunggu, para penonton mulai tidak sabar. Dengan serunya, kami semua membuat mexican wave yang berputar mengelilingi stadion yang berkapasitas 15.000 orang tersebut – semuanya terisi penuh karena tiketnya terjual semua. Suara riuh rendah, teriakan membahana di stadion itu. Setelah melakukan mexican wave, kami mulai memanggil-manggil Metallica.
Akhirnya, ‘himne’ Ectasy of Gold, sebuah cover song dari Ernie Morricone terdengar, sebagai tanda konser akbar ini akan dimulai. Kami mulai bernyanyi bersama. Saat itu, aku teringat, bahwa Metallica-lah yang membuatku menyukai dan berkelana mengeksplorasi berbagai jenis musik metal sampai saat ini. Delapan belas tahun yang lalu aku mengenal Metallica melalui album Master of Puppets yang aku pinjam dari seorang teman. Kaset itulah yang membuatku berkelana memahami aliran-aliran dan band-band pengusungnya. Waktu itu, aku bergerak ke Megadeth, Slayer, Anthrax, Pantera, Scorpions, Iron Maiden, kemudian ke Sepultura, Obituary, menuju Atrocity, kemudian Napalm Death, Suffocation, Cannibal Corpse, Carcass. Aku tidak berhenti berkelana ke Darkthrone, Cradle of Filth, Dimmu Borgir, Emperor, juga ke Dismal Euphony, Within Temptation, Nightwish, Helloween, Gamma Ray, sampai ke band-band baru seperti Rhapsody of Fire, Kamelot, Luca Turilli, Turisas, Koorpiklani, Sound Horizon, dan banyak lagi, utamanya yang melodic/symphonic. Sebuah perjalanan cukup panjang untuk bermusik, dan khususnya bertemu Metallica secara langsung.
Kembali ke Metallica, aku sendiri, sembari bernyanyi, bertanya dalam hati, lagu apa yang akan dipakai untuk membuka konser ini. Jika di konser S&M ‘himne’ ini dilanjutkan dengan lagu The Call of Ktulu & Master of Puppets atau ketika konser di Nimes dengan Blackened dan Creeping Death. Aku tersentak ketika Metallica ternyata membuka konsernya dengan That Was Just Your Life, lagu pembuka dari album terbaru mereka Death Magnetic. Hal ini seakan menyadarkanku bahwa sekarang bukan jaman-jaman ‘Creeping Death atau Black Album’ lagi.
Lagu tersebut dilanjutkan dengan The End of the Line dengan tata lampu laser yang memukau. Lagu For Whom the Bells Tolls membuat semua penonton berteriak padu karena lagu ini merupakan salah satu classic set list yang wajib dimainkan. Yang menakjubkan adalah lampu-lampu yang ditata di robotic coffin yang mulai bergerak acak, turun ke bawah, dan sesekali berputar. Menakjubkan….
Satu-persatu, lagu-lagu klasik dan baru digeber, seperti Blackened, Sad but True, Master of Puppets, Sanitarium, One, Fade to Black, Enter Sandman. Ketika lagu Nothing Else Matters dimainkan, Heitfield memetik gitar akustik dengan jernih diiringi oleh petikan gitar Hammet. Di setiap lagu tersebut semua penonton tidak henti-hentinya bernyanyi bersama, terutama ketika Heitfield sengaja memberikan lagu minus vokal sehingga kami bisa mengisinya…. Khusus di lagu Enter Sandman, aku tidak sengaja teringat lagu Countdown to Extinction milik Megadeth yang memang pada watu itu hampir bersamaan dikeluarkan, berikut dengan ‘persaingan’ antara Hetfield dan Mustaine (eks-gitaris Metallica). Namun, Megadeth tetap konsisten kencang seperti yang aku saksikan di konser mereka sebelumnya. Lagu Am I Evil (cover song Diamond Head, dinyanyikan untuk mengenang almarhum James Dio yang baru saja meninggal – dinyanyikan juga di konser sebelumnya oleh the Big 4 of Thrash: Metallica, Megadeth, Slayer, dan Anthrax).
Di setiap lagu, Hetfield mampu membakar emosi penonton untuk terus bernyanyi sambil terus berpindah-pindah di setiap sudut panggung. Vokalnya masih mampu menyanyikan lagu-lagu lama, namun sudah agak meninggi. Tampaknya fakor usia tidak bisa dipungkiri. Hammet, dengan gayanya yang kalem, namun tetap membawakan gitar dan melodi-melodi cadas dan maut. Trujillo, bassis pengganti Jason Newsted ini tetap dengan gayanya yang seperti pemain basket dan maaf, simpanse (menurutku), tapi berterima di fans Metallica. Ia melanjutkan tugas Newsted sebagai backing vocal namun tampaknya menurut pandanganku, vokalnya kurang kuat – cenderung growl, sehingga harus dibantu oleh Hammet (tidak seperti Newsted yang menurutku, mampu ‘mengimbangi’ vokal Hetfield, bahkan sering dulu ia menyanyikan 1 bait lagu Creeping Death/Whiplash). Lars, dengan gayanya yang sering keluar ‘sarang’ memuntahkan air sebagai bentuk interaksinya dengan penonton. Ia merupakan salah satu pioneer pemain drum untuk aliran ini aku pikir, meski tidak banyak menggunakan double bass drum, seperti yang, misalnya ketika Dave Lambardo (drummer Slayer) lakukan pada lagu Battery dahulu. Namun, saat double bass, permainan Lars tidak bisa dianggap remeh juga. Aku bersyukur akhirnya bisa melihat salah satu pemain drum idolaku. Ia juga secara tidak langsung mempengaruhiku untuk bermain drum, meski hanya bisa sedikit-sedikit hehe…
Sepanjang konser itu, semua penonton tidak henti-henti dan habis-habisnya berteriak, bernyanyi, dan mengacungkan tiga jari. Disamping kananku, seseorang yang tampaknya lebih ‘beraliran lagu Metallica klasik’ tidak henti-hentinya meninju-ninju kanan kiri setiap ia bernyanyi.. Cukup menghibur juga… Disamping kiriku, seseorang yang masih muda, dengan tindik di atas mata kirinya dan tato di lengannya, tampaknya ‘beraliran lagu-lagu setelah Black Album’, sangat semangat dan kompak bernyanyi denganku, meski kami tidak saling mengenal.
Konser itu ditutup oleh lagu Seek and Destroy, sebuah lagu klasik dari album awal mereka, Kill’em All. Yang cukup mengejutkan, kami seketika itu juga ‘dihujani’ oleh balon-balon hitam berisi tulisan Metallica, datang dari setiap celah atas stadion. Kami menggapai-gapai berusaha mengambil balon itu, namun susah juga. Beberapa orang bisa mendapat balon tersebut, banyak yang tidak. Personil Metallica sibuk bermain sambil menendang-nendang balon itu ke arah penonton.
Akhirnya, konser selesai, meski kami semua masih meminta mereka bermain terus. Hetfield berkeliling panggung mengucapkan terima kasihnya dengan menyilangkan kepalan tangan di dadanya. Hammet dan Trujillo berkeliling panggung dengan arah yang berbeda sambil membagi-bagikan pick gitar. Sedangkan Lars dengan gayanya yang terus menjulurkan lidah sambil membagi-bagikan stik drum hitamnya ke penonton. Kamipun beringsut perlahan-lahan dari panggung spektakuler ini. Aku cukup puas, meski rasanya masih ada yang belum lengkap. Mungkin karena mereka melewatkan tembang-tembang cadas yang menurutku wajib, seperti Creeping Death, The Unforgiven, dan Battery. Tapi, above all, penampilan mereka tetap maut seperti tahun-tahun 90an lalu.
Akupun pulang dengan menembus malam yang dingin. Berlomba mencari tram agar tidak ketinggalan karena selalu penuh (teringat ketika menonton pertandingan tenis dahulu). Namun kali ini, aku langsung bisa naik ke tram dan menuju stasiun kereta. Sambil menunggu tram lainnya yang menuju rumahku, aku duduk di halte. Dua orang muda yang rasanya berasal dari Asia sibuk berciuman di depanku, mungkin untuk mengusir dinginnya malam. Tram tujuan rumahku pun datang beberapa menit kemudian, dan akupun berjalan menembus dingin dini hari. Aku tersenyum menjejak optimisme…
Concert Set List:
That Was Just Your Life (from Death Magnetic, 2008)
The End of the Line (from Death Magnetic, 2008)
For Whom the Bell Tolls (from Ride the Lightning, 1984)
Fuel (from ReLoad, 1997)
Fade To Black (from Ride the Lightning, 1984)
Broken, Beat and Scarred (from Death Magnetic, 2008)
No Remorse (from Kill ‘Em All, 1983)
Sad but True (from Metallica, 1991)
Welcome Home (Sanitarium) (from Master of Puppets, 1986)
All Nightmares Long (from Death Magnetic, 2008)
One (from … And Justice for All, 1988)
Master of Puppets (from Master of Puppets, 1986)
Blackened (from … And Justice for All, 1988)
Nothing Else Matters (from Metallica, 1991)
Enter Sandman (from Metallica, 1991)
Am I Evil? (Diamond Head cover)
Whiplash (from Kill ‘Em All, 1983)
Seek & Destroy (from Kill ‘Em All, 1983)

Minggu, 24 Februari 2013

profil band AC/DC

profil band AC/DC

AC/DC
AC/DC merupakan salah satu band Rock yang cukup berpengaruh pada perkembangan musik cadas. Bareng ama Led Zeppelin ama Black Sabbath, AC/DC merupakan pengusung aliran Hard Rock adan Heavy Metal.

Band ini kebentuk taon 1973 di Sydney oleh kakak-adik Angus ama Malcolm Young. Nama AC/DC (yang bererti arus listrik searah/2arah) diambbil dari adik perempuan mereka yang pas itu baru ngebaca buku listrik.

Setelah beberapa pergantian personil diawal tahun sejak berdirinya AC/DC, akhirnya terbentuk juga foemasinya, yaotu ; Dave Evans (vokal), Rob Bailey (pembetot bass), dan Young bersaudara di gitar. Dengan Line-up ini, mereka manggung keliling aussie tapi tepat sebelum mereka memulai album pertamanya, semua personil kecuali Young bersaudara diganti ama Bon Scott (waktu itu profesinya masih jadi sopir bus) di vokal, bassis diisi ama Maek Evans, terakhir di posisi drum di tunggangi ama Phil Rudd.

Nggak kayak formasi pertama yang cuman bertahan beberapa saat, kali ini AC/DC lebih solid, terbukti dengan para pemusik di wadah AC/DC ini sukses nelurin 3 album, berturut-turut antara lain; "High Voltage" (1974), "TNT" (1975) disusul "Dirty Deeds Done Dirty Cheap" (1976). Setelah sukses ngegelar konser tur di Aussie, Inggris, ama Amrik ngebikin band rock satu ini terkenal dengan image sebagai band liar, gila, ama fun. Kalo kalian ngeliat gimana Angus Young ngemainin gitarnya, kalian pasti paham...bahkan dalam setiap konser Angus selalu nyiapin tabung Oksigen buat ngebantu napasnya seabis mainin gitar supaya kaga pingsan, lets say "Powerful" :P. Di awal 1977 Evans minggat terus di re-place ama Cliff Williams.

Dengan anggota baru itu, mereke ngerekam album "Let There Be Rock" yang sukses ngangkangin posisi no.1 di charts lagu Amrik. Gak puas dengan itu, nyusul "Powerage" dan album live "If You Want Blood, You Got It" mulai dari sini (1978) fans dari AC/DC terdongkrak tajem.

1979-1980an Kesuksesan AC/DC ngejadiin mereka jadi ikon Rock, mereka bnener-bener jadi superstar saat itu. Sebabnya; album legendaris mereka (bisa disamain dengan "The Black Album"-nya Metallica) "Highway To Hell", album pertama mereka yang kejual labih dari sejuta kopi.Tragisnya, gak lama kemudian frontman mereka ditemuin tewas di mobil sahabatnya setelah mabuk berat malemnya.

sejarah Fingerboard

Fingerboard adalah sebuah hobby bisa juga disebut olahraga, karena membutuhkan keahlian bagian tubuh kita yaitu tangan.

Fingerboard pada awalnya dibuat secara tidak sengaja oleh Lance Mountain, tujuannya buat gantungan konci, dan awal mulanya fingerboard itu dibuat dari kayu dan ber-wheels dari maenan hot wheels.


Rabu, 13 Februari 2013

slipknot segera meluncurkan album terbaru


Slipknot (Foto: Facebook Page)
Setelah merilis berbagai video berisi petunjuk mengenai album terbaru mereka, Slipknot, unit metal asal Iowa, Amerika Serikat ini akhirnya telah mengkonfirmasi bahwa mereka segera merilis album terbaik yang  bertajuk Antenas To Hell pada 24 Juli mendatang.
Album tersebut akan berisi total 19 track, berisi lagu-lagu terbaik mereka seperti  “Wait And Bleed”, “Left Behind”, “Spit It Out”, “People = S–t” dan lain sebagainya, diambil dari empat buah album Slipknot terdahulu.
“Saya pikir semua lagu yang pernah ditulis oleh Slipknot merupakan hits, sehingga sulit bagi kita untuk memilihnya, namun diwaktu yang sama itu hanyalah empat buah rekaman,  jadi kami memilihnya bersama dengan dua buah lagu versi live. Semuanya menjadi satu seperti yang sudah seharusnya.” Ujar pemain perkusi Shawn Crahan, seperti yang dilansir oleh NME.
Selain berisi lagu-lagu terbaik dari empat album terdahulu, album Atennas To Hell juga menyertakan sebuah bonus CD berisi album penampilan langsung Slipknot ketika tampil di Download Festival Inggris, tahun 2009 silam.
Seperti telah diberitakan sebelumnya, Slipknot juga akan menggelar festival ‘Knotfest’ pada Agustus mendatang, yang akan diramaikan pula oleh Deftones, Lamb of God,  Cannibal Corpse, The Dillinger Escape dan lain-lain.
Berikut ini daftar lagu dari Antennas To Hell beserta bonus CD (sic)nesses:
1. (sic)
2. Eyeless
3. Wait And Bleed
4. Spit It Out
5. Surfacing
6. People = S–t
7. Disasterpiece
8. Left Behind
9. My Plague (New Abuse Mix)
10. The Heretic Anthem (live)
11. Purity (live)
12. Pulse Of The Maggots
13. Duality
14. Before I Forget
15. Vermilion
16. Sulfur
17. Psychosocial
18. Dead Memories
19. Snuff
Bonus CD: (sic)nesses: Live At The Download Festival, 2009
1. (sic)
2. Eyeless
3. Wait And Bleed
4. Get This
5. Before I Forget
6. Sulfur
7. The Blister Exists
8. Dead Memories
9. Left Behind
10. Disasterpiece
11. Vermilion
12. Everything Ends
13. Psychosocial
14. Duality
15. People = S–t
16. Surfacing
17. Spit It Out

Sejarah singkat MR.BIG


MR. BIG



Sejarah Singkat

Mr Big adalah band hard rock yang dibentuk di Los Angeles, California pada tahun 1988. Band ini adalah kuartet terdiri dari Eric Martin (vokal), Paul Gilbert (gitar), Billy Sheehan (bass), dan Pat Torpey (drum),  termasuk Richie Kotzen, seorang gitaris blues berbasis reputasi yang menggantikan Gilbert pada tahun 1999. Band ini telah mencetak sejumlah hits. lagu-lagu mereka sering ditandai dengan vokal yang kuat dan harmoni vokal. hits mereka termasuk “To Be With You”(menduduki peringkat nomor satu di 15 negara pada tahun 1991) dan”Green-Tinted Sixties Mind”.
Mr Big tetap aktif dan populer selama lebih dari dua dekade, meskipun konflik internal dan tren musik berubah.
Mereka bubar pada tahun 2002, tapi setelah ada permintaan dari penggemar untuk bersatu kembali, pada tahun 2009 mereka pun bersatu kembali, tur pertama mereka di Jepang, pada Juni 2009. Band ini merilis album pertama mereka setelah selama 10 tahun tidak mrluncurkan album, pada bulan Januari 2011.
Personil
Personil Sekarang
  • Eric Martin – lead vocals (1988-2002, 2009-sekarang)
  • Pat Torpey – drums, percussion (1988-2002, 2009-sekarang)
  • Billy Sheehan – bass guitar (1988-2002, 2009-sekarang)
  • Paul Gilbert – guitar (1988-1997, 2009-sekarang)
Mantan Personil
  • Richie Kotzen – guitar (1999–2002)
Diskografi
Album Studio
  • Mr. Big (1989) (Billboard 200 #46, Japan Oricon Album Chart #22, JPN – Gold, UK #60 ) [download]
  • Lean Into It (1991) (Billboard 200 #15, Japan Oricon Album Chart #6, US – Platinum, JPN – Platinum, UK #28  ) [download]
  • Bump Ahead (1993) (Billboard 200 #82, Japan Oricon Album Chart #4, JPN – Platinum, UK #61) [download]
  • Hey Man (1996) (Japan Oricon Album Chart #1, JPN – 2x Platinum) [download]
  • Get Over It (2000) (Japan Oricon Album Chart #5, JPN – Gold)[download]
  • Actual Size (2001) (Japan Oricon Album Chart #5) [download]
  • What If… (2011) (Japan Oricon Album Chart #7,UK #117)[download]
Album Live
  • Raw Like Sushi (1990) (Japan Oricon Album Chart #32)[download]
  • Mr. Big Live (Live in San Francisco) (1992) (Japan Oricon Album Chart #45) [download]
  • Raw Like Sushi II (1992) (Japan Oricon Album Chart #8, JPN – Gold) [download]
  • Japandemonium: Raw Like Sushi 3 (1994) (Japan Oricon Album Chart #11, JPN – Platinum) [download]
  • Channel V at the Hard Rock Live (1996) (Japan Oricon Album Chart #32) [download]
  • Live at Budokan (1997) (Japan Oricon Album Chart #20)[download]
  • In Japan (2002) (Japan Oricon Album Chart #12) [download]
  • Back To Budokan (2009) (Japan Oricon Album Chart #50)[download]
  • Live from the Living Room (2011) [download]
Single
  • “Addicted to That Rush” (1989) (Mainstream Rock Tracks #39) [download]
  • “Wind Me Up” (1989) [download]
  • Green-Tinted Sixties Mind” (1991) (Mainstream Rock Tracks #33, UK #72 ) [download]
  • To Be With You” (1991) (The Billboard Hot 100 #1 (3 weeks), Mainstream Rock Tracks #19, Adult Contemporary #11, UK #3)[download]
  • “Just Take My Heart” (1992) (The Billboard Hot 100 #16, Mainstream Rock Tracks #18, Japan Oricon Single Chart #68, UK #26 ) [download]
  • Wild World” (1993) (The Billboard Hot 100 #27, Mainstream Rock Tracks #33, Top 40 Mainstream #12, Japan Oricon Single Chart #40, UK #59) [download]
  • “Ain’t Seen Love Like That” (1994) (The Billboard Hot 100 #83) [download]
  • Take Cover” (1996) (Japan Oricon Single Chart #1, was featured in the TV series Mega Man) [download]
  • Not One Night” (1997) [download]
  • Superfantastic” (2000) (Japan Oricon Single Chart #97)[download]
  • Static” (2000) (Japan Oricon Single Chart #66) [download]
  • “Where Are They Now” (2000) (Japan Oricon Single Chart #47) [download]
  • “Shine” (2001) (Japan Oricon Single Chart #1, ending for Hellsing anime OVA) [download]
  • “Arrow” (2001) (Japan Oricon Single Chart #42) [download]
  • “Undertow” (2010) [download]
Album Kompilasi
  • Big Bigger Biggest: Greatest Hits (1996) (Japan Oricon Album Chart #2, JPN – 4x Platinum) [download]
  • Deep Cuts (2000) (Japan Oricon Album Chart #12) [download]
  • Greatest Hits (2004) (Japan Oricon Album Chart #70)[download]
  • Next Time Around (2009) (Japan Oricon Album Chart #10)[download]
SUMBER : http://sejarahmusicrock.blogspot.com/2011/11/mr-big.html
 

Blogger news

Blogroll

About