Pages

Rabu, 30 Januari 2013

perjalanan panjang iron maiden


“Up The Irons” adalah sebuah slogan salut untuk band heavy metal terbesar sepanjang sejarah, Iron Maiden, dari para penggemarnya di seluruh dunia. Sama seperti slogan “Get the led out!” untuk band Led Zeppelin. Kalimat The Irons sendiri sejatinya mengacu ke kesebelasan West Ham United. Dan memang, bassist dari Iron Maiden –Steve Harris– merupakan penggemar dan sempat mendaftar sebagai pemain muda sekolah sepakbola kesebelasan tersebut pada pertengahan tahun 70an. Dia pernah menjadi pemain sepakbola amatir yang bertalenta dan sering membuat gambar atau tulisan klub tersebut di bass gitarnya, dan dia menyatakan bahwa ambisi pertamanya sebelum bermusik adalah ingin menjadi pemain sepak bola profesional. Belakangan Iron Maiden sering mencantumkan slogan “Up the Irons” didisc liner notes, serta beberapa t-shirt official mereka. Akhirnya, penggemar Iron Maiden terlanjur mengetahui frase itu sebagai salam pembuka dan penutup kepada sesama penggemar band ini.
Iron Maiden adalah band heavy metal asal dari Inggris, tepatnya dari Leyton di London Timur, yang terbentuk pada tahun 1975. Iron Maiden dikoordinatori oleh pendiri band ini, yang juga sekaligus pemain bass dan penulis lagu, Steve Harris. Sejak awal mula berdirinya sampai dengan saat ini, band ini telah merilis secara total keseluruhan tigapuluh lima album: empat belas album studio, sembilan album live, empat EP, dan delapan kompilasi.
Dave Murray
Sebagai pionir dari New Wave of British Heavy Metal, Iron Maiden mendulang kesuksesan sepanjang era 80an dan setelah beberapa kali perubahan susunan personil, meraih sejumlah penghargaan platinum dan emas. Itu termasuk album The Number of the Beast di tahun 1982, Piece of Mind di tahun 1983, Powerslave di tahun 1986, album live Live After Death di tahun 1985, Somewhere Im Time di tahun 1986, dan Seventh Son of a Seventh Son di tahun 1988. Album terakhir mereka, A Matter of Life and Death, rilis di tahun 2006 dan mencapai nomor urut sembilan di Billboard 200 dan nomor empat di UK. Album itu memperoleh sertifikasi emas di UK. A Matter of Life and Death juga salah satu dari beberapa album music rock yang mendapatkan sertifikasi platinum di India.
Sebagai salah satu dari band heavy metal tersukses hingga saat ini, Iron Maiden telah menjual lebih dari 100 juta rekaman di seluruh dunia, termasuk 75 juta album melalui label EMI Records. Iron Maiden memenangkan Ivon Novello Awards sebagai pencapaian internasional di tahun 2002, dan juga didaftarkan pada “Hollywood Rock Walk”–sebuah “Hall of Fame” yang dibuat sebagai penghormatan kepada lebih dari 170 musisi dan artis, termasuk Black Sabbath, Aerosmith, Judas Priest atas pengaruh mereka pada sejarah industri musik– di Sunset Boulevard, Los Angeles, California pada tur mereka di Amerika tahun 2005. Band-band yang mempengaruhi music mereka termasuk di dalamnya: Black Sabbath, Led Zeppelin, The Who, Thin Lizzy, UFO, Deep Purple, Queen, Uriah Heep, dan Wishbone Ash. Sampai dengan Oktober 2009, Iron Maiden telah tampil di 2000 pertunjukan live di sepanjang karir mereka yang mengagumkan.
1. Tahun-Tahun Awal (1975–1978)
Iron Maiden dibentuk pada Natal tahun 1975,oleh bassis Steve Harris, tidak lama setelah ia meninggalkan band sebelumnya, Smiler. Harris memberikan bandnya nama dari apa yang ia dapat dalam film The Man in the Iron Mask adaptasi novel “The Vicomte de Bragelonne “, karya Alexander Dumas, yang ia tonton pada saat itu—yakni seperangkat alat penyiksaan dari abad 18, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan nama iron maiden.
Paul Di'Anno
Steve Harris dan Dave Murray (gitaris) tercatat sebagai personil Iron Maiden yang paling lama berada di dalam band. Vokalis paling pertama mereka, Paul Day, dipecat karena dianggap kurang energi dan stamina di panggung. Kemudian posisinya digantikan oleh Dennis Wilcock, seorang penggemar berat band Kiss yang menggunakan api, make-up, dan darah palsu dalam setiap pertunjukan. Teman Wilcock, Dave Murray, diajak bergabung untuk menggantikan gitaris mereka yang frustrasi, Dave Sullivan dan Terry Rance—yang menyebabkan Harris membubarkan bandnya untuk sementara waktu pada tahun 1976, meski akhirnya band itu segera terbentuk kembali setelah Dave Murray masuk sebagai gitaris tunggal. Iron Maiden merekrut gitaris lainnya pada tahun 1977, Bob Sawyer—yang menyebabkan sebuah keretakan di antara Murray dan Wilcock—mendorong Harris untuk memecat Murray dan Sawyer. Sebuah gig (acara musik) kecil di Bridgehouse pada November 1977, dengan susunan personil sementara—Tony Moore pada keyboard, Terry Wapram pada gitar, dan Barry Purkis pada drum, disusul oleh keputusan Harris untuk memecat seluruh personilnya. Dave Murray kemudian ditarik kembali, dan dengan merekrut Doug Sampson sebagai drummer mereka.
2. Mulai Terkenal (1978-1981)
Sebuah audisi vokalis yang mereka adakan di pub Red Lion di Leytonstone menjadi sebuah kesempatan bagi mereka menemukan Paul Di’Anno. Steve Harris menyatakan, “Ada semacam kualitas unik pada suara Paul, sesuatu yang memilukan, atau apapun kamu ingin menyebut itu. Yang jelas itu yang membuat musik kami memiliki bentuk yang hebat.”
Dennis Stratton
Dari tahun 1977 sampai tahun 1978, Murray adalah pemain gitar tunggal di band Iron Maiden, sampai Paul Cairns bergabung pada tahun 1979. Tapi tak lama sebelum band masuk ke studio rekaman, Cairns meninggalkan band. Beberapa gitaris keluar dan masuk silih berganti untuk menggantikan posisinya, sampai akhirnya band menemukan Dennis Stratton. Sebenarnya pada saat itu Dave Murray ingin menarik teman masa kecilnya, Adrian Smith, tapi Smith sedang sibuk dengan bandnya sendiri, Urchin. Drumer Doug Sampson juga digantikan oleh Clive Burr (yang dibawa masuk oleh Dennis Stratton). Pada Desember 1979, Iron Maiden tiba pada sebuah kesepakatan dengan perusahaan rekaman major, EMI.
Album pertama Iron Maiden yang rilis tahun 1980, Iron Maiden, menempati nomor empat di tangga lagu UK Albums pada pekan pertama album itu rilis, dan dengan itu Iron Maiden menjadi salah satu yang memimpin pergerakan New Wave of British Heavy Metal. Dalam track tambahan, album tersebut meliputi lagu-lagu awal mereka yang banyak disukai seperti “Running Free”, “Transylvania”, “Phantom of the Opera”, dan “Sanctuary”—yang mana tidak dirilis dalam versi UK, tapi rilisan U.S. dan rilisan ulang. Iron Maiden main dalam tur yang saat itu sangat terkenal di UK, Metal For Muthas Tour dan Europe 80. Mereka juga menjadi band pembuka Kiss di dalam tur Eropa Kiss tahun 1980, Unmasked Tour. Iron Maiden juga menyokong Judas Priest dalam beberapa kali. Setelah ikut tur Kiss, Dennis Stratton dipecat dari band karena alas an kreativitas dan tidak cocok secara personal. Stratton digantikan oleh Adrian Smith pada Oktober 1980.
Clive Burr
Tahun 1981, Maiden merilis album kedua mereka, yang diberi judul Killers. Album ini banyak berisi lagu-lagu yang sebenarnya ditulis untuk album pertama mereka, tapi tidak jadi karena sudah terlalu banyak. Dengan lagu-lagu yang sudah matang dan dimainkan sepanjang tur, Maiden hanya menambahkan dua track lagi untuk album kedua mereka: “Prodigal Son” dan “Murders in the Rue Morgue” (yang mana judul itu diambil dari cerita pendek Edgar Allan Poe).
3. Sukses (1981-1986)
Pada tahun 1981, Paul Di’Anno mulai menunjukkan kebiasaan self-destructive, dengan mulai menggunakan obat-obatan, meski Di’Anno sendiri tidak mengakuinya. Penampilannya mulai menjadi parah justru pada saat band ini mulai mencapai keberhasilan yang besar di Amerika. Pada akhir tahun 1981, Iron Maiden memecat Di Ano dan mencari vokalis baru.
Adrian Smith
Bruce Dickinson, dari band Samson, terpilih oleh Iron Maiden sebagai vokalis baru pada September 1981 dan segera bergabung dengan band tak lama kemudian. Dia langsung ikut dengan Iron Maiden pada tur-tur kecil. Untuk mengantisipasi album berikutnya, Iron Maiden memainkan lagu-lagu seperti “Children of the Damned”, “Run to the Hills”, “22 Acacia Avenue” dan “The Prisoner” pada pertunjukan mereka itu, untuk memperkenalkan sound baru yang akan mereka kerjakan kepada penggemar.
Debut Dickinson dengan Iron Maiden pada tahun 1982 adalah The Number of the Beast, album yang membawa Maiden pertama kalinya ke tangga lagu #1 di di UK Albums dan juga menjadi Top Ten di banyak Negara. Untuk kedua kalinya Iron Maiden melaksanakan tur, mengunjungi Amerika, Kanada, Jepang, Australia, UK, dan Jerman. Tour mereka di Amerika menjadi sebuah kontroversi ketika Iron Maiden diklaim sebagai Satanik oleh situasi politik Amerika yang saat itu konservatif, karena judul album mereka. Grup aktivis Kristen menghancurkan rekaman Maiden (bersama dengan itu juga Ozzy Osbourne) sebagai protes terhadap band.
Bruce Dickinson
Dickinson pada saat itu masih memiliki keterikatan kontrak dengan pihak manajemen Samson, dan tidak diijinkan untuk menambahkan namanya pada daftar penulis lagu band lain manapun. Bagaimana pun juga, ia masih bisa menyokong Iron Maiden dengan kreativitasnya pada banyak lagu. Dalam sebuah wawancana di Guitar Legends, dia mengklain bahwa dirinya berkontribusi pada tema lagu “Children of the Damned”, “The Prisoner”, dan “Run to the Hills” secara keseluruhan.
Pada Desember 1982, drummer Clive Burr mengakhiri hubungan kerjanya dengan Iron Maiden karena permasalahan personal dan juga permasalahan dengan jadwal tur. Ia digantikan oleh Nicko McBrain, yang sebelumnya dari band Perancis, Trust. Segera sesudahnya, pada tahun 1983, Iron Maiden merilis album Piece of Mind, yang mencapai #3 pada tangga lagu UK, dan pertama kalinya berada di tangga lagu Amerika Utara, dengan menempati urutan tangga lagu ke 70 di Billboard 200. Piece of Mind sukses dengan single “Flight of Icarus” dan “The Trooper”.
5. Gejolak (1989-1994)
Pada tahun 1989, setelah tur bersama Iron Maiden, gitaris mereka Adrian Smith merilis album solo dengan bandnya ASAP, yang berjudul Silver and Gold. Dalam waktu rehat ini, vokalis mereka Bruce Dickinson mulai mengerjakan album solo dengan Janick Gers, gitaris Gillan (band Ian Gillan, Deep Purple), merilis album Tattooed Millionaire pada tahun 1990.
Nicko McBrain
Segera sesudahnya, Iron Maiden berkumpul kembali untuk mengerjakan album baru, tapi ternyata Adrian Smith memilih untuk meninggalkan band karena kekurangan antusiasme. Janick Gers lah yang akhirnya dipilih untuk menggantikan Smith dan menjadi anggota baru Maiden pertama kalinya lagi setelah 7 tahun Iron Maiden tidak pernah ada pergantian susunan personil. Album No Prayer for the Dying, terilis pada Oktober 1990.
Iron Maiden pertama kalinya memperoleh urutan pertama di UK Singles Chart untuk single “Bring Your Daughter… to the Slaughter”, yang direkam oleh Dickinson untuk soundtrack film A Nightmare on Elm Street 5: The Dream Child. Single untuk lagu itu dirilis pada 24 Desember 1990, dan untuk pertama kalinya menjadi single yang dirilis dalam beberapa format berbeda dengan B-sides yang berbeda-beda. Single itu tercatat sebagai single yang tercepat mencapai nomor satu dan yang tercepat hilang lagi dari tangga lagu dalam beberapa pekan.
Dickinson tampil solo dalam turnya di tahun 1991 sebelum ia kembali ke studio untuk mengerjakan album Fear of the Dark bersama Maiden. Rilis di tahun 1992, album tersebut tercatat sebagai album pertama Maiden yang direkam ke dalam format CD, dan memiliki beberapa lgu yang menjadi favorit penggemarnya, seperti “Fear of The Dark” dan “Afraid to Shoot Strangers”. Album ini mempersembahkan lagu “Wasting Love”, salah satu lagu Iron Maiden yang lebih soft, dan single kedua mereka “Be Quick or Be Dead”. Album ini juga mempersembahkan lagu-lagu dimana Gers ikut menulisnya, dan tidak ada kolaborasi sama sekali antara Harris dan Dickinson dalam lagu-lagu di album tersebut. Tur dunia yang besar mengikuti perilisan album itu, termasuk penampilan pertama mereka di Amerika Latin (setelah konser tunggal pertama mereka, World Slavery Tour), dan menjadi band utama di “Festival Monster of Rock” di tujuh Negara Eropa. Penampilan kedua Iron Maiden di Donington Park pada saat itu, mengumpulkan sedikitnya 80.000 pengunjung festival, menjadi pangkal dari rilisan album dan video Live at Donington.
Janick Gers
Pada tahun 1993, Bruce Dickinson meninggalkan Iron Maiden untuk mengejar solo karirnya lebih jauh. Bagaimanapun juga, Dickinson setuju untuk selalu diingat bersama bandnya dengan mengadakan tur perpisahan dan dua album live (yang belakangan dirilis dalam sau paket). Yang pertama, A Real Live One, berisi lagu-lagu dari tahun 1986-1992, dan dirilis Maret 1983. Dan yang kedua, A Real Dead One, berisi lagu-lagu dari tahun 1975-1984, dan dirilis setelah Dickinson meninggalkan Iron Maiden. Ia main dalam pertunjukan perpisahan bersama Iron Maiden pada 28 Agustus 1993. Pertunjukan itu difilmkan, disiarkan oleh BBC, dan dirilis dalam video dengan nama Raising Hell.
6. Era Blaze (1994-1999)
Pada tahun 1994, Iron Maiden mengaudisi ratusan vokalis, dari yang terkenal sampai yang tidak terkenal, sampai akhirnya memilih Blaze Bayley, mantan vokalis band Wolfsbane. Bayley memiliki karakter vocal yang berbeda dengan Bruce Dickinson, yang akhirnya mendapatkan penerimaan yang lebih beragam.
Setelah dua tahun vakum (dan tiga tahun wakum tanpa memiliki rekaman baru) Iron Maiden kembali di tahun 1995. Merilis The X Factor, Iron Maiden memperoleh pencapaian terendah mereka di urutan tangga lagu UK sejak tahun 1981, hanya mencapai urutan 8. Penulis lagu mereka, Steve Harris, sedang mengalami masalah personal dengan pernikahannya pada saat itu, dan para penggemar serta kritikus merasakan nada di album itu sebagai releksi dari hal itu.
Blaze Bayley
Di dalam album tersebut terdapat lagu yang berdurasi 11 menit, ”Sign of the Cross”, lagu Iron Maiden terpanjang sejak yang sebelumnya “Rime of the Ancient Mariner”. Juga terdapat lagu “Man on the Edge”, yang berdasarkan pada film Falling Down, dan “Lord of the Flies”, yang berdasar pada novel yang berjudul sama. Iron Maiden melakukan tur pada tahun 1995 dan 1996, sebelum akhirnya beristrahat dan merilis album The Best mereka, The Best of the Beast, kompilasi pertama Iron Maiden yang berisi satu single baru, “Virus”.
Iron Maiden kembali ke studio untuk mengerjakan Virtual XI, yang kemudian dirilis pada tahun 1998. Album itu mtercatat sebagai album dengan penjualan terendah, gagal mencapai jumlah penjualan satu juta kopi untuk yang pertama kalinya dalam sejarah Iron Maiden.
7. Reuni (1999-2005)
Februari 1999, Bayley meninggalkan Iron Maiden dengan kedua pihak (Bayley dan Iron Maiden) sama-sama mengijinkannya. Pada waktu yang sama, Iron Maiden mengejutkan penggemar mereka ketika mengumumkan bahwa Bruce Dickinson dan gitaris Adrian Smith kembali ke band, dengan Janick Gers tetap di dalamnya. Iron Maiden jadi memiliki tiga gitaris dan reuni yang sukses besar, The Ed Hunter Tour. Tur ini juga didukung oleh perilisan Ed Hunter, sebuah permainan komputer, yang diambil dari nama maskot Iron Maiden, Eddie.
Reunion
Perilisan album studio Iron Maiden yang pertama kalinya setelah Bruce Dickinson dan Adrian Smith kembali, adalah sebuah album tahun 2000, Brave New World. Melanjutkan album yang tematik dengan “The Wicker Man”—berdasar pada film Inggris tahun 1973 dengan judul yang sama, dan “Brave New World”, judul yang diambil dari Novel Aldous Huxley.
Tur dunia yang mereka lakukan setelah rilisnya album itu, berisi 100 tanggal dan berpuncak pada 19 Januari 2001 di Rock in Rio festival Brazil, dimana Iron Maiden tampil di depan sekitar 250.000 orang. Penampilan itu direkam dan dirilis dalam CD dan DVD pada Maret 2000 dengan judul Rock in Rio.
Menyusul tur ‘Give Me Ed… ‘til I’m Dead Tour’ di musim panas 2003 (tiga bulan tur menyeberangi Eropa dan Amerika dengan 56 gig dengan jumlah penonton melebihi 1 juta orang, termasuk menjadi band utama di ‘Rock am Ring’ dan ‘Rock im Park’ dengan penonton mencapai 120.000; dan tampil di premier ‘Download Festival’, di depan 50.000 penggemar), Iron Maiden merilis Dance of Death. Album studio ke-tigabelas ini sukses di pasaran. Beberapa kritikur juga merasa bahwa album ini menyamai usaha mereka di Piece of Mind dan The Number of the Beast, termasuk dengan lebih gelapnya imej Iron Maiden di album ini jika dibandingkan dengan di album reuni mereka. Seperti biasanya, pengaruh sejarah dan buku bacaan berlanjut—“Montsegur” menceritakan tentang benteng sekte Katarisme yang tumbang pada tahun 1244, dan “Paschendale” bertalian dengan perang yang nyata sepanjang Perang Dunia ke-1. Tur pendukung penjualan album ini, yang dinamai Dance of Death World Tour, adalah sebuah tonggak sejarah yang lain bagi Iron Maiden, dimana mereka tampil di hadapan lebih dari 750.000 orang selama 50 tanggal pertunjukan dalam 4 bulan, 2003-2004. Itu termasuk terjual habisnya tiket-tiket di Amerika Selatan, Jepang, Eropa, dan Amerika Utara.
Penampilan mereka di Westfalenhalle – Dortmund, Jerman, yang juga merupakan bagian dari tur pendukung album Dance of Death, direkam dan dirilis pada Agustus 2005 sebagai album live dan DVD, berjudul Death on the Road.
Pada tahun 2005, Iron Maiden mengumumkan sebuah tur untuk memperingati 25 tahun band ini sejak rilisan album pertama, Iron Maiden, dan 30 tahun band ini berdiri. Tur ini juga dalam rangka mendongkrak angka penjualan DVD mereka yang berjudul The Early Days dan sepanjang tur tersebut mereka hanya memainkan material dari empat album pertama mereka. Sebagai bagian dari perayaan early days mereka, The Number of The Beast dirilis ulang dan menempati peringkat ke 3 di tangga lagu UK Chart. The Early Days Tour meliputi konser di banyak stadium dan festival, termasuk juga penampilan bersejarah mereka di Ullevi Stadium di Swedia, dimana Maiden tampil di hadapan 60.000 penggemarnya. Konser ini juga disiarkan dalam televise satelit di seluruh Eropa kepada 60 juta penonton.
8. A Matter of Life And Death (2005-awal 2007)
Pada musim semi 2006, Iron Maiden merilis A Matter of Life and Death. Yang mana album ini bukanlah album-konsep, dengan perang dan agama adalah tema yang diulang-ulang dalam lirik-liriknya, sejelas yang tergambar di sampul albumnya. Tur yang sukses mengikuti perilisan album tersebut, yang mana mereka memainkan semua lagu dari album baru itu; meski respon penggemar terhadap hal ini beragam.
Iron Maiden merekam sebuah live session di Abbey Road Studios untuk DVD Live from Abbey Road pada Desember 2006. Penampilan mereka itu ditayangkan dalam sebuah episode satu sesi dengan Natasha Bedingfield dan Gipsy Kings pada Maret 2007 di Channel 4 (UK) dan Juni 2007 di Suncance Channel (USA).
November 2006, Iron Maiden dan manager mereka Rod Smallwood mengumumkan bahwa mereka akan mengakhiri hubungan kerja mereka dengan Sanctuary Music yang telah terjalin selama 27 tahun, dan memulai sebuah hubungan company baru yang diberi nama Phantom Music Management. Tidak ada perubahan signifikan yang terjadi.
Bruce Dickinson
Bagian kedua dari tur “A Matter of Life and Death”, yang dijuluki “A Matter of the Beast” untuk merayakan 25 tahun usia album The Number of the Beast, meliputi penampilan mereka di beberapa festival besar di dunia. Iron Maiden mengumumkan berancana untuk memainkan lima lagu dari A Matter of Life and Death dan lima dari The Number of the Beast sebagai bagian dari tema tur. Tapi kenyataannya mereka hanya memainkan empat lagu dari The Number of the Beast. Mereka main di Timur Tengah untuk pertama kalinya para acara Dubai Desert Rock Festival pada tahun 2007, di hadapan 20.000 penggemar. Mereka tampil pertama kalinya tampil di India, Bangalore, di depan 45.000 orang di Bangalore Palace Grounds. Pertama kalinya band heavy metal besar tampil di sana itu menjadi tonggak sejarah untuk India.
9. Tahun-Tahun Belakangan Ini (akhir 2007-sekarang)
5 September 2007, Iron Maiden mengumumkan “Somewhere Back in Time World Tour. Setlist tur mereka terdiri dari kesuksesan mereka di era 80an, dengan menekankan pada era Powerslave untuk disain dan set panggung. Tur itu dimulai dari Mumbai, India, pada Februari 2008; dimana Iron Maiden main di hadapan hampir 30.000 orang. Bagian pertama dari tur terdiri dari 24 konser di 21 kota, keliling lebih dari 50.000 mil dengan pesawat pribadi “Ed Force One”. Mereka main untuk pertama kalinya di Costa Rica dan Kolombia, dan juga pertama kalinya lagi di Australia sejak terakhir kali mereka main di sana tahun 1992.
Pesawat Pribadi
Tgl. 12 Mei, Iron Maiden merilis album kompilasi baru yang berjudul Somewhere Back in Time. Itu meliputi lagu-lagu dari album pertama sampai debut mereka di tahun 1988, Seventh Son of a Seventh Son, juga termasuk beberapa versi live dari Live After Death. Dengan konser tunggal di Twickenham Stadium, UK, tur ini menjadi yang pertama dalam sejarah Stadium tersebut dipergunakan untuk pertunjukan band. Bagian terakhir dari tur, berlangsung dari Februari dan Maret 2009, dimana Iron Maiden untuk pertama kalinya tampil di Peru dan Ekuador, dan pertama kalinya mereka datang kembali ke New Zealand setelah 16 tahun. Iron Maiden juga tampil untuk yang ketiga kalinya jarak waktu 2 tahun di India—di Festival Rock in India 2009, dengan penonton 20.000 orang. Tur ini berakhir di Florida pada tanggal 2 April.
20 Januari 2009, Iron Maiden mengumumkan bahwa mereka akan merilis sebuah film dokumenter di sinema-sinema pada tanggal 21 April, berjudul Iron Maiden: Flight 666. Sebuah film yang direkam pada bagian pertama tur “Somewhere Back in Time” mereka, dari Februari sampai Maret 2008. Flight 666 diproduseri oleh Banger Productions dan dirilis oleh Universal Music Group di Amerika, dan oleh EMI records untuk di kegara-negara lainnya.
Pada wawancara dengan Rock Radio dalam rangka mempromosikan Flight 666, Nicko McBrain mengatakan bahwa Iron Maiden sudah membooking studio untuk rekaman pada awal 2010, dan akan ada tur lagi di akhir tahun tersebut, atau tahun depannya (2011).[]
Tulisan ini hanya saya kopi dari blog http://uptheironsindonesia.wordpress.com/
Untuk membaca sejarah dan biografi lengkap para personil Iron Maiden, bisa baca juga di blog itu pada link: http://uptheironsindonesia.wordpress…aiden-lengkap/ , yang ditulis oleh Syam (The President of Indonesia Iron Maiden Group/Forum)

kilas balik perjalanan arema


AREMA” suatu tim sepakbola kebanggaan warga Malang, dalam kiprahnya di dunia persepakbolaan Indonesia selalu diperhitungkan oleh pihak lawan yang dihadapi, bukan hanya karena tim Arema sendiri yang ditakuti pihak lawan, akan tetapi juga karena di belakang Arema, ada Aremania yang selalu datang mendukung tim kebanggannya kala bertanding, dimanapun itu. Biar di ujung bhumi Papuapun, Aremania selalu hadir. Selang waktu sudah 24 tahun ini Arema berdiri, Arema telah menorehkan berbagai macam prestasi.
Disini ayas mencoba merangkumnya. Apa saja catatan prestasi yang Arema peroleh, yaitu:
Tahun 1986. Cikal bakal Arema diawali dari klub Aremada, didirikan (Alm) Dirk Soetrisno di Jl. Sampo, Malang.
11 Agustus 1987. PS Aremada diambil alih oleh Acub Zainal bersama putranya, Lucky Acub Zainal. Mereka mendirikan klub PS AREMA yang langsung ikut kompetisi Galatama VIII musim 1987/1988, menempati peringkat enam dari 14 tim peserta. Arema memunculkan tiga bintang asal papua, yaitu Mecky Tata, Dominggus Nowenik dan Panus Korwa.
Tahun 1988/89 Galatama IX Arema finish diperingkat ke-8 dari 18 tim, dan menempatkan mecky tata sebagai top scorer dgn 18 gol, berbagi dgn top scorer bandung raya Dadang Kurnia
Tahun 1990 Galatama X arema finish diurutan ke- 4 dari 18 tim ketika itu arema diasuh oleh alm. andi m teguh
Tahun 1990/92 Galatama XI Arema finish di urutan ke-4 dari 20 tim, dan menempatkan Singgih Pitono sebagai top scorer dgn 21 gol
Tahun 1992. Musim Kompetisi Galatama XII menempatkan Arema sebagai Juara dengan bintang striker Singgih Pitono sebagai Top Scorer Galatama XII. Pelatih Andi Teguh (Alm)/M. Basri yang sebelumnya menjadi asisten pelatih dari Zukarnaen Pasaribu di PKT (ayas sek durung jelas ) di putaran ke 2 pindah ke mitra surabaya sebagai gantinya Gusnul Yakin.
[juara galatama]

Tahun 1993. Tokoh kawakan Arema (Alm) Ebes Soegiyono dan Acub Zainal, lengser dari kepengurusan. H.M. Mislan menjadi Ketua Umum Yayasan Arema. Prestasi AREMA di kompetisi Galatama terakhir ini terpuruk di papan bawah.
Tahun 1994. Liga Indonesia (LI) dimulai, klub eks Galatama dan Perserikatan dilebur, peringkat AREMA saat itu hanya di papan bawah.
Tahun 1995. Tinton Suprapto masuk menjadi Ketua Umum Yayasan Arema dengan Wakil Ketua Umum Lucky Acub Zainal.
Tahun 1996. Pada musim LI III ligina/ liga kansas indonesia III Arema yang di arsiteki Suharno dan diperkuat legiun asing sekaliber Jc Moreno, Nelson Leon Sanches dan Jm Rubio masuk ke babak ke II untuk pertama kalinya atau babak 12 besar. di ujungpandang waktu itu pemain bintang Arema, Aji Santoso, pindah ke klub Persebaya Surabaya dengan rekor transfer Rp 50 juta.
Tahun 1997. Ligina IV tanpa sponsor Arema terpuruk di papan bawah, ketika itu arema di arsiteki pelatih alm. hamid asnan yang kemudian digantikan oleh Winarto yang juga kakak dari Setyo BudiartoAremania dibentuk sebagai media supporter AREMA. Kompetisi LI IV dihentikan karena alasan politik dan keamanan. Karena terjadi kerusuhan politik. Masa Reformasi ker!
Tahun 1999. Pada Kompetisi LI V, Arema yang di arsiteki M Basri dan diperkuat pemain asing seperti Juan Rubio, Rodrigo Araya, Essomba “Saimo” Atangana, dan Pacho masuk ke babak 8 besar. waktu itu di Jakarta Arema lolos ke babak 12 Besar di Makasar, Arema diperkuat tiga bintang asal Chili, yaitu J.C. Moreno, J.M. Rubio dan Nelson Sanchez.
Tahun 2000. Pada Kompetisi LI VI, AREMA lolos ke babak delapan besar di Senayan dengan diperkuat tiga bintang asal Chili, yaitu J.M. Rubio, Rodrigo Araya dan sang fenomenal Pacho Rubio. Aremania meraih predikat “The Best Supporter” di Indonesia dan diakui sebagai supporter teladan se-Indonesia. Pelatih M. Basri.

Tahun 2001. Masuknya Iwan Budianto berduet dengan Lucky Acub Zainal membawa kembali AREMA ke babak delapan besar LI VII, Arema membuat catatan tersendiri dengan duet Bamidele Bobby Manuel dan Ahmad Junaidi di
lini depan. Pelatih Daniel Roekito.
Tahun 2002. Arema lolos lagi ke babak delapan besar LI VIII. Bintang muda Johan Prasetyo dan Suswanto menjadi perhatian nasional. Pelatih Daniel Roekito.
Tahun 2003. LI IX merupakan musim terberat AREMA, karena ditinggal Ketua umumnya, Iwan Budianto, dengan membawa pilar AREMA seperti Johan Prasetyo, Suswanto, Wawan Widiantoro, Aris Susanto, Haryanto, Khusnul Yuli dan Bamidele Bobby Manuel ke Persik Kediri. AREMA terdegradasi ke Divisi I. Pada 29 Januari 2003, PT Bentoel Prima Malang Tbk, sebagai perusahaan rokok tua di Malang, resmi masuk dan menangani Arema secara penuh. Pelatih / Bidang Teknik Henk Wullems.
Tahun 2004. Memasuki persiapan Divisi I Pertamina 2003/2004, masuknya beberapa pemain bertalenta seperti Erol F.X. Iba (eks Semen Padang), Sunar Sulaiman (eks Barito Putra), Aris Budi P. dan Sony Kurniawan (eks Petrokimia Putra), Sutaji (eks Deltras Sidoarjo), Marthen Tao (eks PKT), mampu membuat kinerja AREMA semakin matang dengan sokongan pemain lama macam I Putu Gede, Nanang Supriyadi, Enjang Rohiman, Stanley Mamuaya, Charles Horik serta legiun asing dari Brasil, Claudio de Jesus, Rivaldo Costa, Junior Lima dan Joao Carlos hingga membuat Arema menduduki singgasana Grup Timur dengan rekor 100% kemenangan kandang di stadion Gajayana. Selanjutnya pada Babak 6 Besar di Lebak Bulus Arema menjadi juara grup dengan kemenangan atas Persema Malang 4-1 dan Persibom Boolang Mongondow 3-0. Diakhiri sebagai Juara Divisi I Liga Pertamina 2003/2004 dengan menundukkan PSDS Deli Serdang 1-0 dalam partai final Divisi I di Gelora Bung Karno Tgl 11 Oktober 2004 lewat gol yang dicetak melalui tendangan salto oleh striker Marthen Tao pada menit ke-119. Sekaligus melengkapi sukses ganda dengan mengantarkan Arema kembali memasuki elite sepak bola nasional Divisi Utama. Pelatih : Benny Dollo.
Tahun 2005 Arema menambah beberapa amunisi baru : Alex Pulalo, Firman Utina, Franco Hita, Emalue Serge (Rivaldo Costa ngalup, Junior Lima diganti Serge), hasilnya 8 Besar Divisi Utama Ligina(Peringkat 2 Grup Barat) dan JUARA COPA INDONESIA di Final mengalahkan Persija 4-3.
Tahun 2006 Arema relatif tidak berubah banyak dibanding Skuad 2005, hanya menambah Andela Atangana menggantikan Claudio Jesus dan Leo Soputan ditambah Kiper Aahmad Kurniawan. Hasilnya Liga Indonesia 2006 : 8 Besar Divisi Utama (Capolista Grup Barat) dan mempertahankan COPA Indonesia dengan mengalahkan Persipura 2-0 di Final, sekaligus menyabet Top Skor (Serge), Pemain Terbaik (Aris Budi), dan Suporter Terbaik Aremania. Pada tahun itu juga Aremania menyabet Gelar “SUPORTER TELADAN” dari Menpora.

Tahun 2007 Pelatih Benny Dollo Mundur, diikuti Mayoritas Pahlawan Arema yang membawa AREMA menjadi Juara Copa : Firman Utina, Leo Soputan, Aris Budi, Kurnia Sandi, Warsidi, Marthen Tao, Andela Atangana, Franco Hita, Zaenuri, El capitano I Putu Gede dan Erol Iba. Pelatih Baru didatangkan dari Ceko : Miroslav Janu didampingi mantan asistennhya di PSM Toni Ho, pemain2 baru didatangkan : Ponaryo, Elie Aiboy, Zaenal Ikhwan, Pato Morales, Bruno, Hendro Kartiko dll. Di bawah Miroslav Janu prestasi Arema selama 1/2 musim terpuruk di Ligina Wil. Timur (Posisi 9) dan secara tragis Tersingkir di 32 Besar
Copa oleh Persekabpas.
Tahun 2008, kompetisi Ligina berganti menjadi Indonesia Super League (ISL), pergantian kompeitisi ini merupakan kebijakan Badan Liga Indonesia ( BLI) untuk meningkatkan kualitas kompeitisi. Kompetisi kasta atas ini diikuti 18 tim profesional. Di tahun petamanya, tahun 2008, Arema dilatih Bambang Nurdiansyah. Tapi Bambang hanya bertahan selama 5 bulan yang kemudian diganti oleh Gusnul Yakin, sampai kompitisi ISL pertama itu berakhir, Arema diposisi 10 besar.
Tahun  2009, persiapan Arema justru dianggap sebagai klub yang terlambat melakukan persiapan, semua pihak meragukan Arema akan eksis di kompetisi sepak bola Indonesia, karena atas kebijakan aturan PT Bentoel Investama sebagai pemilik Arema menyerahkan pengelolaan klub kepada konsorsium. Yayasan Arema mendatangkan Robert Rene Alberts, pelatih asal Belanda yang tinggal di Malaysia, tidak hanya satu pun publik bola Indonesia mengenalnya. Punggawa Arema sendiri, sebagian besar penilaian orang adalah pemain-pemain eks Arema, dan pemain yang sama sekali tidak dikenal saat itu, seperti Kurnia Meiga, Ahmad Bustomi, Roman Chamelo, Alam Shah, M. Riduan, M. Fakhrudin, Purwaka Yudhi,  Namun, ditengah kompetisi bergulir, prestasi Arema Indonesia–setelah diganti namanya disamakan dengan nama PT– justru berprestasi tercatat tidak tergeser di posisi puncak klasemen, hingga menjuarai ISL periode tahun kompetisi 2009/2010, dan pemain Arema Indonesia, Kurnia Mega yang pada pertengahan musim menggantikan Markus Haris Maulana (Markus Horrison) karena mengundurkan diri dari Arema terpilih sebagai pemain terbaik, Arema Indonesia juga mampu meraih runner-up Piala Indonesia tahun 2010 (dilansir dari berbagai sumber)

Tahun 2010 Arema mengalami kondisi yang mengenaskan, dengan memulai kompetisi yang dibebani utang  Rp 7,5M. Dtambah dengan perginya pelatih kecintaan Aremania Robert Rene Albert untuk melatih PSM Makasar , pada akhirnya pihak managemet Arema memanggil lagi Miroslav Janu untuk melatih Arema demi mempersiapkan diri untuk mengikuti Liga Chamion Asia. Atas rekomendasi pelatih, akhirnya 90% pemain dipertahankan kontraknya, dan menambahkan Ahmad Amirrudin, Leonard tumpamahu, Talohu Abdul Musafri, Yongki Aribowo dll. Meski akhirnya di LCA Arema belum bisa berbuat banyak, akan tetapi di ISL Arema mampu bertengger di peringkat 2 akhir klasemen ISL  diakhiri pertandingan melawan Bontang FC pada tanggal 19-06-2011  dengan mencatat rekor kemenangan terbesar Arema kandang, yaitu dengan skor 8-0. Sungguh hasil yang sangat membanggakan bagi Aremania


PRESTASI MENONJOL :
- Juara Galatama 1992/1993
- Runner Up Piala Liga 1992
- Juara Divisi 1 Liga Indonesia 2004
- Juara COPA Indonesia 2005 ( berhak berlaga di Liga Champion Asia )
- Juara COPA Indonesia 2006 (berhak tampil di Liga Champions Asia)
Prestasi Lainnya dihitung mulai bergulirnya Liga Indonesia :
Liga Indonesia 1994/1995 : Peringkat 6 Divisi Utama Wilayah Timur
Liga Indonesia 1995/1996 : Peringkat 12 Divisi Utama Wilayah Timur
Liga Indonesia 1996/1997 : Peringkat 3 Divisi Utama Wilayah Barat

Liga Indonesia 1997/1998 : Peringkat 6 Divisi Utama Wilayah Barat
(Liga dihentikan)
Liga Indonesia 1998/1999 : Peringkat 3 Divisi Utama Wilayah Tengah

Liga Indonesia 1999/2000 : 8 Besar Divisi Utama (Peringkat 2 Grup
Timur)
Liga Indonesia 2001 : 8 Besar Divisi Utama (Peringkat 3 Grup Timur)
Liga Indonesia 2002 : 8 Besar Divisi Utama (Peringkat 2 Grup Barat)
Liga Indonesia 2003 : Peringkat 17 Divisi Utama (Degradasi)
Liga Indonesia 2004 : Juara Divisi I (Promosi Divisi Utama)
Liga Indonesia 2005 : 8 Besar Divisi Utama (Peringkat 2 Grup Barat)
Liga Indonesia 2006 : 8 Besar Divisi Utama (Capolista Grup Barat)
Liga Indonesia 2007 : Peringkat 9 wilayah timur, dan tersingkir di Copa Indonesia
Indonesia Super League 2008 : Peringkat 10 besar
Indonesia Super League 2009 : Prestas tertinggi sebagai Juara 1 ISL
Indonesia Super League 2010 : Peringkat 2 akhir klasemen ISL dan ikut serta dalam Liga Champion Asia
Salam Satoe Jiwa.

death before dishonor in indonesia


Sebuah hardcore show kembali digelar di Kota Bandung. Acara yang bertempat di teater terbuka Dago Tea House ini merupakan persembahan dari Pats Merch dan Crossover, menampilkan band hardcore asal Boston, Amerika, Death Before Dishonor sebagai penampil utama, sementara Bestiality (Priok) dan Secret Weapon (Pontianak) didaulat menjadi pembuka acara, sebelumnya panitia juga menginformasikan bahwa dua band Bandung yang direncanakan menjadi band pembuka yaitu, Outright dan Tragedi tidak jadi main dikarenakan masalah waktu.
Acara ini sangat spesial mengingat Death Before Dishonor hanya mendatangi Kota Bandung untuk turnya ini, dengan begitu ratusan hardcore kids bukan hanya dari Bandung sendiri tapi juga Jakarta, Bekasi, Jogjakarta, Semarang, Malang, Surabaya, Pontianak dan daerah lain terlihat sangat antusias mendatangi Dago Tea House siang itu.
Acara yang dimulai pukul 14.00 lebih ini menampilkan Secret Weapon sebagai pembuka. Band asal Pontianak yang tampil dengan semangat tinggi mengingat ini adalah kali pertama mereka bermain di Bandung, band yang terbentuk sejak tahun 2007 ini segera saja melakukan serangan dengan lagu-laguhardcore yang anthemic seperti ‘Next Time I Kill You’ dan ‘Pontianak City Hardcore’. Setelah break adzan, band hardcore asal Priok, Bestiality telah siap di atas panggung dan ketika mereka mulai memainkan lagu pertama tampak lebih banyak penonton yang merangsek masuk ke arena moshpit dan bahkan banyak di antaranya yang ikut ber-singalong dan Bestiality menutup penamilannya dengan lagu ‘Priok Belong to Me’.
Penonton tampak semakin panas dan tampak sudah tidak sabar lagi menanti penampilan Death Before Dishonor. Dan akhirnya keempat personil band yang baru saja merilis album Better Ways To Die ini muncul dan segera menyapa ratusan hardcore kids yang ternyata telah merapat ke depan panggung, dan langsung menghajar crowd dengan ‘Born from Misery’ yang memang sudah tidak sabar menunggu. Bertubi-tubi Death Before Dishonor melancarkan lagu demi lagu tanpa henti, beberapa di antaranya dari album Friends Family Forever dan Count Me In. Para penonton langsung melakukan slam dancing, stage diving, bahkan violence dance yang berbahaya. Namun tidak terjadi keributan yang tidak perlu, membuktikan bahwa scene hardcore Indonesia yang solid. Sang vokalis Bryan bahkan sempat mengatakan “Thank you Indonesia, you guys have beautiful hardcore scene!”.
Tidak terasa, Bryan berkata bahwa mereka hanya menyisakan 2 lagu lagi, sebuah cover song ‘Fucked Up’ dari Blood for Blood membuat para penonton menjadi liar dan rusuh terkendali, akhirnya lagu ‘Friends Family Forever’ menjadi lagu pamungkas dari Death Before Dishonor. Tapi tunggu dulu, penonton yang masih menunggu di depan panggung mendapat bonus, Death Before Dishonor memberikan lagu ‘Boston Belong To Me’ sebagai penutup dan circle pit kembali berputar, sebuah gelaran hardcore yang indah. Sebagai band dengan jam terbang tinggi, Death Before Dishonor membuktikan diri sebagai salah satu band hardcore dengan aksi panggung yang intens dan luar biasa, tidak kurang dari 20 lagu mereka bawakan. Para penonton tampak sangat menikmati acara hari ini, Death Before Dishonor memberikan pelajaran bagi kita tentang esensi hardcore sebenarnya.
Setelah acara, kami sempat berbincang-bincang dengan para personil DBD. Berikut adalah obrolan kami.
Uncluster (U): Hi guys, bagaimana show tadi?
Death Before Dishonor (DBD): Awesome! Great show. Ketika kami memulai band hardcore, kami tidak pernah berfikir untuk bisa bermain di Indonesia, well thank you.
U: Berapa orang tim DBD untuk datang kesini?
DBD: Hanya kami berempat tanpa kru.
U: Saya tidak melihat B-Roll, gitaris kalian?
DBD: Dia ada urusan penting yang harus diselesaikan di Boston. So he can’t make it..
U: Sound gitar kalian keren, apa rahasianya?
DBD: Kita mendapatkan endorsement dari Washburn Guitars dan efek Maxon, tapi saya suka Ibanez.. haha..
U: kalian salah satu band hardcore dengan jam terbang tinggi, bagaimana kalian menjaga stamina?
DBD: Makan, sekarang saya benar-benar lapar.. haha..
U: Kalian harus mencoba makanan Indonesia, terutama makanan Sunda dengan sambal pedas.
DBD: Pedas seperti makanan Thailand kah? Kami tidak punya masalah dengan makanan pedas, gitaris kami suka sekali makanan pedas.
Adzan maghrib berkumandang..
U: Hei kalian tahu suara apa itu?
DBD: Kami mendengarnya kemarin malam, apakah itu? Helicopter?
U: Hahaha.. bukan, itu suara adzan, panggilan untuk sholat.. 5 kali sehari?
DBD: 5 kali? That’s crazy.. hahaha..
U: Bagaimana dengan Kota Boston dan scene disana?
DBD: Scene disana baik-baik saja, Boston adalah kota untuk kuliah, ada lebih dari 20 kampus di sana, orang-orang datang ke Boston untuk kuliah, dan ketika musim libur tiba seperti summer, Boston menjadi sepi.. haha…
U: Album kalian dirilis oleh Bridge Nine sejak awal, bagaimana kerjasama kalian dan apakah mereka mengurusi manajemen kalian juga?
DBD: Bridge Nine sangat baik terhadap kami dan sejauh ini kami puas, mengenai manager, Freddy adalah manager kami.
U: Freddy? Freddy Madball?
DBD: Ya Freddy Madball, hey boleh kami bertanya?
U: Ya tentu saja..
DBD: Berapa orang yang datang ketika Terror ke sini?
U: lebih dari 1000 orang pastinya..
DBD: Berapa orang yang datang ketika Sick Of It All ke sini?
U: 2000 orang lebih
DBD: Woww.. Berapa yang datang kalo Madball ke sini?
U: 2000-3000 orang.. haha..
U: Ok terimakasih atas waktunya..
DBD: ya terima kasih..
Selain itu kami juga sempat meminta komentar singkat dari penonton:
“Show yang bagus, sayang open air (outdoor, red.) dan diadakan di siang hari, hardcore show yang baik dan benar harusnya ga ada batasan antara audiens dan artis,  keseluruhan mah lebih dari cukup, DBD keren performance-nya, opening act-nya juga keren, salut buat panitia dan penonton yang datang.” Yongki – Owner Quickening
“Harusnya penuh, mungkin karena ada isu ga jadi & mungkin bentrok sama acara Dying Fetus, juga kesannya terlalu dadakan, kurang di konsep. MC-nya nggak banget sampe ga tahu apa itu circle pit,haha..Sound kurang, tapi the show must go on.. Nice show, but not the MCs.” -Athink ‘Alone at Last’-
Live-nya tight walau gw ga terlalu dengerin, sayang ga bawa soundman, bandnya sih hardcore banget lah.Overall penampilan mereka ngingetin kita untuk rajin-rajin menghadiri Gym.” -Ucay ‘Rocket Rockers’-
“Harusnya lebih rame, karena acaranya di Bandung doang. Tapi ada satu pelajaran yang kita dapat ketika band luar main ke sini yaitu mereka selalu pol-polan mainnya, total, no matter what. Rada kecewa Tragedi ga jadi maen, tapi lebih kecewa kali Death Before Dishonor ga maen, bias rusuh, hehe.. Satu lagi, mereka ga seseram yang di video Boston Beatdown, they’re nice indeed.” -Ami ‘Tragedi/Nudist Island–

terbentuknya band burgerkill

 brgrkll
Burgerkill adalah sebuah band Metal Hardcore yang berasal dari kota Bandung. Nama band ini diambil dari sebuah nama restaurant makanan siap saji asal Amerika, yaitu Burger King, yang kemudian oleh mereka diparodikan menjadi “Burgerkill”. 
Burgerkill berdiri pada bulan Mei 1995 berawal dari Eben, seorang gitaris Jakarta yang pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya. Dari sekolah itulah Eben bertemu dengan Ivan, Kimung, dan Dadan sebagai line-up pertamanya. Band ini memulai karirnya sebagai sebuah side project, just a bunch of metal kids jamming their axe-hard sambil menunggu band orisinilnya dapat panggilan manggung. Tapi tidak buat Eben, dia merasa bahwa band ini adalah hidupnya dan berusaha berfikir keras agar Burgerkill dapat diakui di komunitasnya.
Ketika itu mereka lebih banyak mendapat job manggung di Jakarta melalui koneksi teman-teman Hardcore Eben, dari situlah antusiasme masyarakat underground terhadap Burgerkill dimulai dan fenomena musik keras tanpa sadar telah lahir di Indonesia. Walhasil line-up awal band ini pun tidak berjalan mulus, sederet nama musisi underground pernah masuk jajaran member Burgerkill sampai akhirnya tiba di line-up solid saat ini.
Ketika mereka berhasil merilis single pertamanya lewat underground fenomenal Richard Mutter yang merilis kompilasi cd band-band underground Bandung pada awal 1997. Nama lain seperti Full Of Hate, Puppen, dan Cherry Bombshell juga bercokol di kompilasi yang berjudul “Masaindahbangetsekalipisan” tersebut. Memang masa itu masa indah musik underground. Everything is new and new things stoked people! lagu Revolt! dari Burgerkill menjadi nomor pembuka di album yang terjual 1000 keping dalam waktu singkat ini. Pada akhir tahun 1997 mereka kembali ikut serta dalam kompilasi “Breathless” dengan menyertakan lagu “Offered Sucks” didalamnya.
Awal tahun 1998 perjalanan mereka berlanjut dengan rilisan single Blank Proudness, pada kompilasi band-band Grindcore Ujungberung berjudul “Independent Rebel”. Yang ketika itu dirilis oleh semua major label dengan distribusi luas di Indonesia dan juga di Malaysia. Setelah itu nama Burgerkill semakin banyak menghias concert flyers di seputar komunitas musik underground. Semakin banyak fans yang menunggu kehadiran mereka diatas panggung. Burgerkill sang Hardcore Begundal!
Pada awal tahun 1999, mereka mendapat tawaran dari perusahaan rekaman independent Malaysia, Anak Liar Records yang berakhir dengan deal merilis album Three Ways Split bersama dengan band Infireal (Malaysia) dan Watch It Fall (Perancis). Hubungan dengan network underground di Malaysia dan Singapura berlanjut terus hingga sekarang. Burgerkill menjadi langganan cover zine independent di negara-negara tersebut dan berimbas dengan terus bertambahnya fans mereka dari negeri Jiran.
Di tahun 2000, akhirnya Burgerkill berhasil merilis album perdana mereka dengan title “Dua Sisi” dan 5000 kaset yang di cetak oleh label indie asal Bandung, Riotic Recordsludes habis dilahap penggemar fanatik yang sudah tidak sabar menunggu sejak lama. Di tahun yang sama, band ini juga merilis single “Everlasting Hope Never Ending Pain” lewat kompilasi “Ticket To Ride”, sebuah album yang benefitnya disumbangkan untuk pembangunan sebuah skatepark di kota Bandung.
Beberapa Mainstream Achievement pun sempat mereka rasakan, salah satunya menjadi nominator Band Independent Terbaik ala majalah NewsMusik di tahun 2000. Awal tahun 2001 pun mereka berhasil melakukan kerjasama dengan sebuah perusahaan produk sport apparel asal Amerika: Puma yang selama 1 tahun mensupport setiap kali Burgerkill melakukan pementasan. Dan sejak Oktober 2002 sebuah produk clothing asal Australia yang bernamaINSIGHT juga mensupport dalam setiap penampilan mereka.
Sebuah kejutan hadir pada pertengahan tahun 2004, lewat album “Berkarat” Burgerkill masuk kedalam salah satu nominasi dalam salah satu event Achievement musik terbesar di Indonesia “Ami Awards”. Dan secara mengejutkan mereka berhasil menyabet award tahunan tersebut untuk kategori “Best Metal Production”. Sebuah prestasi yang mungkin tidak pernah terlintas di benak mereka, dan bagi mereka hal tersebut merupakan sebuah tanggung jawab besar yang harus mereka buktikan melalui karya-karya mereka selanjutnya.
Akhirnya mereka sepakat untuk merilis album ke-3 “Beyond Coma And Despair” di bawah label mereka sendiri Revolt! Records di pertengahan Agustus 2006. Album ketiga yang memiliki arti sangat dalam bagi semua personil Burgerkill baik secara sound, struktur, dan format musik yang mereka suguhkan sangat berbeda dengan dua album sebelumnya. Materi yang lebih berat, tegas, teknikal, dan berani mereka suguhkan dengan maksimal disetiap track-nya.
Namun tak ada gading yang tak patah, sebuah musibah terbesar dalam perjalanan karir mereka pun tak terelakan, Ivan sang vokalis akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya ditengah-tengah proses peluncuran album baru mereka di akhir Juli 2006. Peradangan pada otaknya telah merenggut nyawa seorang ikon komunitas musik keras di Indonesia. Tanpa disadari semua penulisan lirik Ivan pada album ini seolah-olah mengindikasikan kondisi Ivan saat itu, dilengkapi alur cerita personal dan depresif yang terselubung sebagai tanda perjalanan akhir dari kehidupannya.
Akhirnya setelah melewati proses Audisi Vokal, mereka menemukan Vicki sebagai Frontman baru untuk tahap berikutnya dalam perjalanan karir mereka. Dan pada awal Januari 2007 mereka telah sukses menggelar serangkaian tour di kota-kota besar di Pulau Jawa dan Bali dalam rangka mempromosikan album baru mereka.
Target penjualan tiket di setiap kota yang didatangi selalu mampu mereka tembus, dan juga ludesnya penjualan tiket di beberapa kota menandakan besarnya antusiasme masyarakat musik cadas di Indonesia terhadap penampilan Burgerkill
 

Blogger news

Blogroll

About