Pages

Rabu, 30 Januari 2013

death before dishonor in indonesia


Sebuah hardcore show kembali digelar di Kota Bandung. Acara yang bertempat di teater terbuka Dago Tea House ini merupakan persembahan dari Pats Merch dan Crossover, menampilkan band hardcore asal Boston, Amerika, Death Before Dishonor sebagai penampil utama, sementara Bestiality (Priok) dan Secret Weapon (Pontianak) didaulat menjadi pembuka acara, sebelumnya panitia juga menginformasikan bahwa dua band Bandung yang direncanakan menjadi band pembuka yaitu, Outright dan Tragedi tidak jadi main dikarenakan masalah waktu.
Acara ini sangat spesial mengingat Death Before Dishonor hanya mendatangi Kota Bandung untuk turnya ini, dengan begitu ratusan hardcore kids bukan hanya dari Bandung sendiri tapi juga Jakarta, Bekasi, Jogjakarta, Semarang, Malang, Surabaya, Pontianak dan daerah lain terlihat sangat antusias mendatangi Dago Tea House siang itu.
Acara yang dimulai pukul 14.00 lebih ini menampilkan Secret Weapon sebagai pembuka. Band asal Pontianak yang tampil dengan semangat tinggi mengingat ini adalah kali pertama mereka bermain di Bandung, band yang terbentuk sejak tahun 2007 ini segera saja melakukan serangan dengan lagu-laguhardcore yang anthemic seperti ‘Next Time I Kill You’ dan ‘Pontianak City Hardcore’. Setelah break adzan, band hardcore asal Priok, Bestiality telah siap di atas panggung dan ketika mereka mulai memainkan lagu pertama tampak lebih banyak penonton yang merangsek masuk ke arena moshpit dan bahkan banyak di antaranya yang ikut ber-singalong dan Bestiality menutup penamilannya dengan lagu ‘Priok Belong to Me’.
Penonton tampak semakin panas dan tampak sudah tidak sabar lagi menanti penampilan Death Before Dishonor. Dan akhirnya keempat personil band yang baru saja merilis album Better Ways To Die ini muncul dan segera menyapa ratusan hardcore kids yang ternyata telah merapat ke depan panggung, dan langsung menghajar crowd dengan ‘Born from Misery’ yang memang sudah tidak sabar menunggu. Bertubi-tubi Death Before Dishonor melancarkan lagu demi lagu tanpa henti, beberapa di antaranya dari album Friends Family Forever dan Count Me In. Para penonton langsung melakukan slam dancing, stage diving, bahkan violence dance yang berbahaya. Namun tidak terjadi keributan yang tidak perlu, membuktikan bahwa scene hardcore Indonesia yang solid. Sang vokalis Bryan bahkan sempat mengatakan “Thank you Indonesia, you guys have beautiful hardcore scene!”.
Tidak terasa, Bryan berkata bahwa mereka hanya menyisakan 2 lagu lagi, sebuah cover song ‘Fucked Up’ dari Blood for Blood membuat para penonton menjadi liar dan rusuh terkendali, akhirnya lagu ‘Friends Family Forever’ menjadi lagu pamungkas dari Death Before Dishonor. Tapi tunggu dulu, penonton yang masih menunggu di depan panggung mendapat bonus, Death Before Dishonor memberikan lagu ‘Boston Belong To Me’ sebagai penutup dan circle pit kembali berputar, sebuah gelaran hardcore yang indah. Sebagai band dengan jam terbang tinggi, Death Before Dishonor membuktikan diri sebagai salah satu band hardcore dengan aksi panggung yang intens dan luar biasa, tidak kurang dari 20 lagu mereka bawakan. Para penonton tampak sangat menikmati acara hari ini, Death Before Dishonor memberikan pelajaran bagi kita tentang esensi hardcore sebenarnya.
Setelah acara, kami sempat berbincang-bincang dengan para personil DBD. Berikut adalah obrolan kami.
Uncluster (U): Hi guys, bagaimana show tadi?
Death Before Dishonor (DBD): Awesome! Great show. Ketika kami memulai band hardcore, kami tidak pernah berfikir untuk bisa bermain di Indonesia, well thank you.
U: Berapa orang tim DBD untuk datang kesini?
DBD: Hanya kami berempat tanpa kru.
U: Saya tidak melihat B-Roll, gitaris kalian?
DBD: Dia ada urusan penting yang harus diselesaikan di Boston. So he can’t make it..
U: Sound gitar kalian keren, apa rahasianya?
DBD: Kita mendapatkan endorsement dari Washburn Guitars dan efek Maxon, tapi saya suka Ibanez.. haha..
U: kalian salah satu band hardcore dengan jam terbang tinggi, bagaimana kalian menjaga stamina?
DBD: Makan, sekarang saya benar-benar lapar.. haha..
U: Kalian harus mencoba makanan Indonesia, terutama makanan Sunda dengan sambal pedas.
DBD: Pedas seperti makanan Thailand kah? Kami tidak punya masalah dengan makanan pedas, gitaris kami suka sekali makanan pedas.
Adzan maghrib berkumandang..
U: Hei kalian tahu suara apa itu?
DBD: Kami mendengarnya kemarin malam, apakah itu? Helicopter?
U: Hahaha.. bukan, itu suara adzan, panggilan untuk sholat.. 5 kali sehari?
DBD: 5 kali? That’s crazy.. hahaha..
U: Bagaimana dengan Kota Boston dan scene disana?
DBD: Scene disana baik-baik saja, Boston adalah kota untuk kuliah, ada lebih dari 20 kampus di sana, orang-orang datang ke Boston untuk kuliah, dan ketika musim libur tiba seperti summer, Boston menjadi sepi.. haha…
U: Album kalian dirilis oleh Bridge Nine sejak awal, bagaimana kerjasama kalian dan apakah mereka mengurusi manajemen kalian juga?
DBD: Bridge Nine sangat baik terhadap kami dan sejauh ini kami puas, mengenai manager, Freddy adalah manager kami.
U: Freddy? Freddy Madball?
DBD: Ya Freddy Madball, hey boleh kami bertanya?
U: Ya tentu saja..
DBD: Berapa orang yang datang ketika Terror ke sini?
U: lebih dari 1000 orang pastinya..
DBD: Berapa orang yang datang ketika Sick Of It All ke sini?
U: 2000 orang lebih
DBD: Woww.. Berapa yang datang kalo Madball ke sini?
U: 2000-3000 orang.. haha..
U: Ok terimakasih atas waktunya..
DBD: ya terima kasih..
Selain itu kami juga sempat meminta komentar singkat dari penonton:
“Show yang bagus, sayang open air (outdoor, red.) dan diadakan di siang hari, hardcore show yang baik dan benar harusnya ga ada batasan antara audiens dan artis,  keseluruhan mah lebih dari cukup, DBD keren performance-nya, opening act-nya juga keren, salut buat panitia dan penonton yang datang.” Yongki – Owner Quickening
“Harusnya penuh, mungkin karena ada isu ga jadi & mungkin bentrok sama acara Dying Fetus, juga kesannya terlalu dadakan, kurang di konsep. MC-nya nggak banget sampe ga tahu apa itu circle pit,haha..Sound kurang, tapi the show must go on.. Nice show, but not the MCs.” -Athink ‘Alone at Last’-
Live-nya tight walau gw ga terlalu dengerin, sayang ga bawa soundman, bandnya sih hardcore banget lah.Overall penampilan mereka ngingetin kita untuk rajin-rajin menghadiri Gym.” -Ucay ‘Rocket Rockers’-
“Harusnya lebih rame, karena acaranya di Bandung doang. Tapi ada satu pelajaran yang kita dapat ketika band luar main ke sini yaitu mereka selalu pol-polan mainnya, total, no matter what. Rada kecewa Tragedi ga jadi maen, tapi lebih kecewa kali Death Before Dishonor ga maen, bias rusuh, hehe.. Satu lagi, mereka ga seseram yang di video Boston Beatdown, they’re nice indeed.” -Ami ‘Tragedi/Nudist Island–

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About